Jumat, Desember 17

STIMULUS 1: Enggano Layak Menjadi Taman Nasional?

Sungai Bahewo. Dalam Kawasan Cagar Alam
Ada beberapa Kriteria yang mesti dipenuhi suatu kawasan yang diusulkan menjadi Taman Nasional. Aturan mengenai Hal ini tertuang dalam UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya serta PP Not. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Dalam aturan itu disebutkan bahwa Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu engetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.
Gambar.  Teluk Dakoha, Cagar Alam di ujung Utara Enggano

Saat ini dari wilayah Pulau Enggano 36,34% (14.378,35 Ha) merupakan Kawasan Hutan dan 22.08 % merupakan Kawasan Konservasi (8.736,57 Ha) yakni Cagar Alam (CA) Sungai Bahewo Reg.97 (496,06 Ha) , CA. Teluk Klowe Reg.96 (331,23 Ha), CA. Tangjung Laksaha Reg.95A (333,28 Ha), CA. Kioyo I & Kioyo II Reg.100 (305,00 Ha), dan Taman Buru Gunung Nanua Reg.59 (7.271.00 Ha). Selanjutnya di puncak tertinggi Pulau Enggano terdapat Hutan Lindung Koho Buwa-Buawa (3.450,00 Ha) dan HPT. Ulu Malakoni Reg.99 (2.191,78 Ha). Dengan luasan tersebut tentunya sudah cukup untuk menopang ekosistem yang diperlukan bagi sebuah pengelolaan Taman Nasional.


Photo© Filip Verbelen
Burung Kacamata, Endemik Enggano,


Terdapat beberapa Floura dan Fauna yang dilindungi yang hidup pada Habitat yang masih Asli. Berbagai jenis satwa burung endemik Enggano; Burung Kacamata Enggano dilaporkan banyak dijumpai. Celepuk Enggano dijumpai beberapa kali pada kunjungan singkat ke pulau ini pada tahun 1983 (van Marle dan Voous, 1998). Untuk itu dikatakan pula bahwa Pulau Enggano merupakan Daerah Burung Endemik (DBE) terkecil di Indonesia. Hidup pula berbagai jenis Anggrek diantaranya ada yang telah dilindungi Undang-undang.

Photo © Filip Verbelen.  
Celepuk Enggano. Endemik P.Enggano
Pulau Enggano telah lama pula menjadi catatan para ahli botani dan zoologi sebagai surga kekayaan hayati dunia. Banyak kekayaan flora fauna endemik khas berada di pulau ini, yang tak akan di jumpai di belahan dunia lain. Dari jenis kerang,-kerangan belut, anggrek, tumbuh-tumbuahan, serangga, reptil, amphibi, kupu-kupu dan burung. (Tanah rejang, kehutananunib.co.cc).


Berdasarkan Laporan Resort BKSDA Enggano bulan Desember 2010, dari kawasan Hutan yang sekarang ada, bisa dikatakan bebas dari masalah tumpah tindih dan permasalahan penyerobotan peramabahan. Namun mengingat semakin meningkatnya para masyarakat migran untuk membuka lahan, menjadi tantangan tersendiri bagi keutuhan Kawasan Hutan Pulau Enggano.
Kehicap Ranting Enggano


Ada banyak potensi Pulau Enggano yang belum dimamfaatkan secara maksimal. Keunikan ekosistemnya tentu memiliki potensi yang tiada batas. Disisi lain ada beberapa agenda pembangunan Pulau Enggano yang seyogyanya tidak bersebrangan dengan tujuan konservasi Pulau Enggano. Untuk itu perlu ada pengkajian yang lebih mendalam untuk menentukan pantas apa tidaknya ditetapkannya Kawasan Hutan Enggano sebagai Taman Nasional.


Akhirnya ditetapkannya atau tidak Kawasan Hutan Enggano sebagai Taman Nasional, kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistem Pulau Enggano harus tetap dipertahankan walau dengan fasilitas, sarana, dana yang minim dan apa adanya. [rrr].

4 komentar:

  1. Patut di Kampanyekan... demi Keutuhan Hutan di Enggano, sebelum dikunyah oleh kaum Kapitalis..

    BalasHapus
  2. ouke_purnamasari@yahoo.com20 Maret

    setuju sekali, mari kita bersama-sama mempromosikan pulau enggano, sebelum habis menjadi proyek pihak2 yang tak bertanggung jawab

    BalasHapus
  3. keren bro... awesome.. semangat selalu

    BalasHapus