Rabu, Desember 15

Hutan Konservasi Pulau Enggano


Peta. Lokasi Kawasan Konservasi di Pulau Enggano
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar dari kepulauan Nusantara. Menjauh dari garis equator kearah selatan sepanjang 589 km. Dengan luasan datar  39.570,11 Ha, memanjang sejauh 35.60 km dari arah barat laut menuju tenggara atau dari Teluk Berhau sampai Tanjung Kohoubi. Melebar 12.95 km dari timur laut menuju barat daya atau dari Pelabuhan Malakoni sampai Tanjung Kioyo. Terpisah oleh Samudera Hindia  dari pulau Sumatera. Terpaut 175 km dari Kota Bengkulu, 123 km dari Kota Manna, 133 km dari Kota Bintuhan dan 513 km dari Ibukota Indonesia Jakarta. Elevasi tertinggi berada dipuncak Koho Buwa-buwa (240 dpl). Disekitar Pulau Enggano terdapat beberapa pulau kecil antara lain; Pulau Dua (38.90 Ha), Pulau Merbau (6.8 Ha) dan Pulau Bangkai (0.26 Ha). Dan telah tercatat sejarah pernah terdapat Pulau Satu yang berada di Barat Pulau Enggano yang dikabari telah mulai menghilang semenjak tahun 1960-an.
 
Gambar. Sunset di CA.Tanjung Laksaha
36,34%  (14.378,35 Ha)  wilayah Pulau Enggano  merupakan Kawasan Hutan. Terdapat 6 (enam) Kawasan  Konservasi (8.736,57  Ha/ 22.08 %) yakni Cagar Alam (CA) Sungai Bahewo (496,06 Ha) , CA. Teluk Klowe (331,23 Ha), CA. Tanjung Laksaha (333,28 Ha), CA. Kioyo I & Kioyo II (305,00 Ha), dan Taman Buru Gunung Nanua (7.271.00 Ha). Selain Itu terdadapat Hutan Lindung  Koho Buwa-Buawa (3.450,00 Ha) dan HPT. Ulu Malakoni (2.191,78 Ha).

Dari luasan 8.736,57 Ha Kawasan Konservasi di pulau enggano ditangani oleh 2 orang petugas dibawah kepemimpinan kepala Resort BKSDA Enggano. Pos Resort berada di Desa Kahyapu, yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Pelabuhan Ferry Kahyapu. 

Gambar. Menyeberangi Sungai Behewo di CA. Sungai Bahewo
Kendala utama yang dialami oleh para petugas dilapangan adalah aksesibilitas yang terlalu minim ditambah pula Fasilitas yang belum begitu mendukung. Kedepan Pihak BKSDA Bengkulu akan berusaha meprioritaskan pengelolaan Kawasan Konservasi di Pulau Enggano. Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan lahan pertanian oleh masyarakat Pulau Enggano maupun masyarakat migran, maka pengawasan dan sosialisasi terhadap kawasan Konservasi di Pulau Enggano perlu dimaksimalkan, agar tidak menjadi permasalahan dikemudian hari. Selain itu, maraknya aktifitas Illegal Logging dan Illegal Hunting yang dilakukan oleh oknum masyarakat, maka  petugas perlu meningkatkan pengamanan kawasan dan pengawasan peredaran hasil hutan. 

Ada banyak spesies indemik Pulau Enggano yang tidak dimiliki pulau lain yang mustinya harus kita lestarikan. 

Pada permasalahan lain adanya ancaman bencana alam gempa bumi dan tsunami didepan mata yang harus selalu kita waspadai. Mengingat Kepulauan Enggano merupakan Areal Rawan Gempa Bumi dan Stunami. Menurut rekaman USGS semenjak 1965 di kepulauan Enggano dan sekitarnya telah terjadi ratusan kali gempa bumi yang berpeluang terjadinya Stunami (http://earthquake.usgs.gov/monitoring/anss/). Maka Konservasi Tegakan Pantai perlu digalakkan, serta keutuhan Kawasan Hutan Konservasi musti tetap dipertahankan, mengingat tanaman pantai mampu mengurangi laju gelombang dan abrasi.

Akhirnya, untuk mewujudkan keselamatan Kawasan Konservasi, sumber daya alam hayati serta ekosostemnya dan secara lebih khusus mewujudkan Ketentraman Masyarakat Enggano, maka kami perlu mendapat dukungan semua dari semua kalangan. Keterbatasan dan hambatan bukan alasan untuk tidak berbuat yang terbaik. [rrr]




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar