Minggu, Januari 22

Lima jenis burung migran singgah di Enggano

Cangak Merah, di sekitar Padang Lamun
Ki'nen Labuho - TB.Gunung Nanu'ua




Bengkulu (ANTARA News) - Ratusan ekor burung dari lima jenis burung migran dengan status rentan singgah di kawasan hutan bakau Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.

"Ini cukup unik," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Pulau Enggano Rendra Regen Rais di Bengkulu, Minggu.
Ia mengatakan, dari lima jenis burung tersebut, dua diantaranya baru pertamakali singgah di Pulau Enggano yakni burung gajahan besar (Numenius arquata) dan burung kecuit hutan (Dendronanthus indicus).

Tiga jenis lainnya yakni Trinil-lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus), cangak abu (Ardea cinerea) dan cangak merah (Ardea purpurea) cukup sering singgah di pulau itu.

"Warga Engano juga mengaku baru kali ini menemukan burung gajahan besar dan kecuit hutan singgah di daratan pulau," tambahnya.

Dari sejumlah literatur diketahui dua jenis burung yang baru muncul itu biasanya singgah di perairan kawasan timur Sumatra.

Diperkirakan kondisi hutan bakau yang semakin rusak di wilayah itu membuat dua jenis burung ini singgah di Pulau Enggano yang masih memiliki kawasan hutan bakau cukup baik.

Gajahan besar dan trinil-lumpur Asia ditemukan di hutan bakau dalam Taman Buru Gungung Nanu`ua dan Cagar Alam Teluk Klowe, sedangkan tiga spesies lainnya ditemukan hampir di sepanjang pantai dan daratan Enggano, terutama di sekitar laut dangkal nan tenang serta padang lamun di dalam dan di luar kawasan konservasi.

Burung-burung tersebut biasa singgah antara November hingga Maret yang diperkirakan bermigrasi selama musim dingin di habitat aslinya.

"Ini menjadi bukti pentingnya melestarikan kawasan mangrove Enggano, terutama yang ada di dalam kawasan konservasi, termasuk di luar kawasan," kata Rendra.

Dia mengatakan, pengrusakan hutan bakau mulai terjadi di sekitar Taman Buru Gunung Nanu`ua yang menjadi fokus patroli petugas KSDA di wilayah itu.(*)

KR-RNI/I016

Sabtu, Januari 21

Oh.. Burung Migran, Kau Imut Sekali...

Sore itu, Selasa tanggal 17 Januari 2012. Kapal Ferry ASDP KMP.Pulo Telo berangkat dari pelabuhan ferry Kahyapu Pukul 17.00. Setelah dua minggu di Enggano membuatku rindu suasana keluarga di Bengkulu. Ingat dengan masakan istri tercinta, rindu ocehan putra pertama yang belum genap 2 tahun dan tangisan puteri ku yang belum genap 3 bulan serta karib kerabat saudara seperjuangan.
Tidak seperti biasa setelah lebih kurang satu jam perjalanan, kapal ferry KMP.Pulo Telo harus berbalik arah karena dihadang oleh badai angin barat yang membuat kapal nyaris tak bergerak. Harapan kerinduan pun harus sirna, Nakhoda boleh berencana namun cuaca kehendak Yang Kuasa. "Salah satu risiko bertugas di daerah terpencil" Batinku berkata.
"Harapan yang sirna, tak berguna menggerutu, nikmati saja.."  Batinku memberi pembelaan dan menghibur diri. Setelah mendengar pengumuman bahwa kapal direncanakan kembali berangkat pagi esok pukul 07.00 Pagi, ku engkol motor megaPro pelat merah yang starternya baru rusak dan rem cakramnya sudah mulai berisik karena telah dua minggu melawati jalan berlumpur jika hujan dan berdebu jika panas, "wajar sajalah bukan medan nya".
Belum keluar dari kompleks pelabuhan di balik semak tegakan Rhizophora yang masih sebesar perdu, suasana gaduh bak dipasar minggu, macam di sarang burung walet milik Ahong di Kampung Cina, brisik!. membuat aku harus mengkentikan laju motor megaPro pelat merah. Kulihat segerembolan burung mungil yang mungkin sedang berebut tempat untuk tidur istirahat, lelah mungkin, sesekali hinggab diranting dengan menggoyangkan ekor ke kiri dan ke kanan. Kubuka Handphone Android murahan buatan korea, lumayan sekedar untuk menyimpan gambar Mc. Kinnon yang bisa kubawa kemana-mana, dan sekedar online serta berkirim email. Masya Allah mungkin burung imut ini kecapean, entah dari daratan mana burung ini berasal, Asia Timur, negeri bagian dari Korea , negeri bagian dari Cina ( Gansu , Anhwei , Hunan ) atau sebuah negeri bagian dari Siberia? dimana burung mungil ini biasa berkembang biak dan mencari tempat yang hangat ketika negerinya kedatangan musim dingin.
Forest Wagtail, Dendronanthus indicus, Kecuit Hutan, begitu menjadi catatan Mc.Kinnon terhadap burung migran bertubuh mungil ini, mungkin sebesar burung pipit yang sama hebohnya kalau sore datang atau burung gereja yang sering nyelip di atap rumah.
Luar biasa, Masya Allah, luar biasa ya Allah, hujan badai, petir, angin, terik panas dilalui burung mungil ini, entah dari daratan benua mana mereka berasal. Pastinya dia tidak pernah mengeluh karena semua memang sudah menjadi Qada Allah yang menuntun mereka menyinggahi pulau kecil ini, tanpa peta, kompas apalagi GPS.
Keciut Hutan (c) Lip Kee
Kalah sejenak kesedihan, ada yang membuat aku lebih mikir ternyata tugas di Pulau kecil Enggano tidaklah jauh, tak sejauh perjalan migrasi burung kecil Kecuit, yang merupakan tugas batin dan instring anugerah Allah semesta alam. Sudahlah.. Istirahat dulu di pos peot... "Sampaikan pada anak cucumu, musim selanjutnya jangan tidak mengunjungi Enggano..."