Rabu, Februari 16

Pulau Enggano di Ancam Sawit

Gambar. Persemaian Kelapa Sawit di Pulau Enggano
Pulau Enggano terancam serangan hama yang bernama Kepala Sawit, mengapa dikatakan demikian? Berdasarkan penelitian, sawit membutuhkan sekitar 12-24 liter air per hari. Jika ini dibiarkan akan mengakibatkan bencana baru bagi pulau Enggano. Perlu diingat Pulau Enggano sebagai pulau kecil yang membutuhkan kawasan penyangga yang relatif lebih luas dan sebagai daerah tangkapan air.
Berdasarkan Penelitian Studi Daya Dukung Lingkungan Pulau Enggano Propinsi Bengkulu merekomendasikan;  Penebangan pohon di Pulau Enggano harus dipertimbangkan dan direncanakan secara matang sesuai dengan kegunaan dan kebutuhannya, mengingat kondisi tanah yang dangkal menyebabkan tanah di Pualu Enggano miskin hara sehingga sangat sulit untuk pemulihan kawasan hutan. Akankah dibiarkan Kelapa Sawit menjadi hama di Pulau Enggano?

Jumat, Februari 11

Kawasan Konservasi Enggano Salah Satu Kandidat Lokasi Peluncuran Satelit.

Peta. Lokasi Rencana Bandar Antariksa yang diusulkan Pemprov
Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Tim Survey Awal Bandar Antariksa Pulau Enggano menetapkan tiga alternatif lokasi rencana pembangunan Bandar Antariksa. Terdapat dua lokasi yang berdekatan dan berbatasan langsung dengan Cagar Alam Kioyo, yakni satu lokasi di Teluk Koomang, berikutnya kearah tenggara disekitar Sungai Kakitaha. Namun yang paling kontroversial adalah alternatif yang ke tiga, yakni didalam Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Nanua.
Berdasarkan standar dan kriteria lokasi Bandar Antariksa (space port/lounch site), Teluk Labuho boleh dikatakan lebih unggul daripada dua kandidat lainnya. Dimana berdasarkan kriteria tersebut dikatakan lokasi hendaknya diupayakan berada di dekat pantai mengarah ke laut bebas (di kesempatan lain dikatakan pula laut bebas yang mengarah ke Selatan). Namun dari segi aksesibilitas menjadi salah satu kekurangannya.
Luas lokasi yang dibutuhkan minimal 5 x 5 km (2500 Ha) sekitar 2-3 km yang merupakan landasan peluncuran, peralatan telemetri dan pelacakan. Terdapat pula zona control pemukiman penduduk dengan radius 4-5 km. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa daratan harus mampu digunakan untuk wahana peluncuran minimal seberat 3,8 ton (asumsi berat untuk RPS LAPAN).
Kehadiran dari Bandar Antariksa tentunya tidak sertamerta dengan mengindahkan segala dampak negative yang akan ditimbulkan. Tentu harus ada kajian-kajian teknis murni yang dilakukan oleh kalangan independen. Pasalnya kajian teknis mungkin bisa dilakukan oleh siapa saja, hanya saja demi kepentingan capital terkadang hasil kajian sangat tergantung dengan kepentingan yang punya hajat.
Dari hasil kajian Tim Survey terhadap respon dan aspirasi masyarakat menyebutkan bahwa masyarakat Pulau Enggano secara keseluruhan mempunyai nilai Tinggi/Baik.
Melihat dari hasil Tim Survey Awal Bandar Antariksa Pulau Enggano tentu hanya merupakan secuil gambaran dari nilai project yang juga mungkin tidak seberapa. Jika memang ada keinginan serius tentu harus ada kajian yang lebih serius. Namun jika ditempat lain ada pulau yang lebih layak, dan dengan resiko yang lebih kecil, tentunya pemerintah provinsi tidak perlu memaksakan diri, kesejahteraan Enggano tidak hanya tergantung dengan nilai project yang mungkin Puluh Triliunan Rupiah namun hanya jatuh tangan segelintir orang. Tapi Kesejahteraan Enggano sangat tegantung dengan kondisi pemerintah/penguasa negara --yang semestinya harus disembuhkan dari kecarut-marutan politik, ekonomi, pendidikan yang semakin hari semakin dirasakan dampaknya--. Pada dasarnya Negara tidak kekurangan uang untuk mensejahterakan rakyatnya, hanya saja Negara kekurangan Sistem dan kekurangan abdi negara yang tulus serta jujur. [rrr]