Senin, Desember 23

Burung Kacamata Enggano, Tak Senasib Burung Robin

Burung Robin
Acapkali melihat burung Robin Eropa (Erithacus rubecula) dibelakang rumah melopat-lompat malu mendekati sisa nasi yang sengaja keperuntukkan buat mereka, ingatanku selalu tertuju kepada nasib Burung Kacamata di Pulau Enggano. Bunyi dan kelincihannya hampir mirip walau mereka bersaudara jauh.

Ada rasa berdosa, mengingat selama dua tahun bertugas di Pulau Enggano tidak dapat berbuat banyak terhadap keberadaan spesies ini. Tidak dilindungi oleh undang-undang konservasi sebenarnya bukan menjadi alasan bahwa makhluk mungil ini bebas ditangkap, dipelihara serta diperjualbelikan. Yang saya lakukan hanya memberi pengertian "bahwa burung ini adalah endemik, tidak terdapat ditempat lain, walaupun ada spesies yang ada tidaklah sama dengan yang ada dipulau Enggano". Penjelasan, penjelasan dan penjelasan, sebatas itu saja. Seperti makan buah simalakama.

Mungkin banyak yang tidak tahu Pulau Enggano mempunyai salah satu keistimewaan dikarenakan keunikannya, diantara keunikannya adalah keberadaan spesies endemik Burung Kacamata (Zosterop salvadorii) dan Burung Celepuk Enggano (Otus enganensis). Sehingga Pulau ini ditetapkan sebagai Endemik Bird Area (EBA) oleh BirdLife Internasional.
Burung Kacamata Enggano (Philips)
Beberapa tahun belakangan, IUCN memposisikan spesies ini dengan status "Hampir Terancam (NT)", agaknya status ini tidak akan lama bisa bertahan sampai penangkapan, jual beli dan permintaan pasar terhadap burung ini masih tinggi. Akankah juga akan bernasib seperti burung Beo Enggano yang beberapa tahun terakhir ini mulai susah dicari?

Saya juga tidak habis pikir, kenapa masyarakat kita, khususnya pecinta burung begitu menikmati burung yang disiksa didalam sangkar, apakah mereka mengerti bahasa burung? Bisa jadi kicauan burung yang merdu itu adalah salah satu bentuk protes dan doa mereka terhadap pengurungnya. Protes agar mereka tidak dikurung, dan doa agar sipengurung mendapat azab. Tidakkah alam liar adalah rumah mereka sebenarnya? Dan menikmati mereka di alam liar adalah kenikmatan sesungguhnya?
Akhirnya dalam hati saya berkata:
"Wahai Burung Robin, alangkah beruntung nasibmu, andai saja kau hidup di kampungku, mungkin engkau sudah dipenjarakan oleh banyak 'pecinta' burung"

2 komentar:

  1. semoga burung-burung cantik itu tak punah seiring zaman ya bang :)
    salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya bang... Terima kasih..
      Beban kita bersama melindunginya... sukses slalu..

      Hapus